Life is like a movie… Write your own ending, keep
believing and keep pretending! – The Muppets
Film.
Siapa sih yang
nggak suka nonton film? Hampir sebagian besar penduduk Indonesia itu suka
nonton film. Entah itu film televisi (yeah FTV), film bioskop, atau bahkan film
biru (nah loh). Bahkan nonton film sekarang bukan cuma sekedar hobi atau
hiburan, tapi juga jadi bagian dari gaya hidup. Saya sebagai warga pinggiran
Jakarta pun nggak bisa memungkiri kalau nonton itu = lifestyle. Apalagi jaman sekarang media untuk nonton film semakin
beragam. Mau nonton film yang nggak harus keluar rumah, tinggal beli DVD atau download film di internet. Bisa juga
pantengin film di salah satu channel TV
swasta atau langganan TV kabel yang ada channel
film semacam HBO dan kawan-kawan. Mau nonton film sekalian jalan-jalan keluar
rumah atau malem mingguan, tinggal pilih mau nonton di XXI atau Blitz Megaplex.
Semuanya tergantung dari pilihan masing-masing.
Disini saya
nggak akan nulis tentang kebiasaan orang-orang Indonesia sewaktu menonton film,
atau 10 film terbaik menurut versi saya. Sebagai penikmat film dan korban lifestyle (fyuh), saya mau cerita soal
pengalaman saya menonton film di 4 tempat yang berbeda…
Theater IMAX – Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah
Sebelum ada IMAX
yang menghebohkan Jakarta itu, Keong Emas ini udah ada sejak jaman saya masih
bocah. Tempatnya ada di dalam kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Nah,
beberapa bulan yang lalu, saya bersama teman-teman RTC UI berkunjung kesana
dalam rangka jalan-jalan seseruan bareng. Rencana untuk nonton di Keong Emas
emang udah masuk di salah satu agenda jalan-jalan saya dkk, secara saya belum
pernah juga gitu nonton disana hehehe. Dengan tiket seharga Rp. 30.000,- saya
udah bisa nonton film dokumenter ‘Born To Be Wild’ di Keong Emas yang memakai
teknologi IMAX juga, wuih!
tiket masuk theater IMAX Keong Emas |
Nonton di Keong
Emas itu nggak ada nomor seat-nya,
jadinya ya rebutan lah duduknya. Begitu masuk, saya langsung ambil posisi duduk
di tengah dan wow, saya sempat takjub begitu masuk ke dalam studio karena
layarnya gede dan luas banget! Karena saya nggak begitu suka film dokumenter,
saya cuma menikmati film di awal-awal aja, sewaktu baby orangutan dan baby
elephant-nya diekspos. Untuk kualitas gambar dan suara emang nggak terlalu
bagus, seat-nya juga nggak enak, tapi
lumayan kok untuk sekedar hiburan dan edukasinya :)
sempet-sempetnya pose di Keong Emas |
IMAX – XXI Gandaria City
Ini dia yang
sempet menghebohkan Jakarta beberapa waktu yang lalu. Jelas bikin heboh karena
studio IMAX XXI Gandaria City (GanCit) ini pertama dan satu-satunya di
Indonesia. Banyak orang berbondong-bondong ke sana, pada penasaran sama
kualitas IMAX yang katanya keren dan canggih itu. Saya pun termasuk orang yang
heboh dan penasaran pengen nonton di IMAX. Sejak H-7 pembukaan studio IMAX,
saya udah rajin browsing tentang IMAX
yang studionya merupakan gabungan dari 2 studio XXI GanCit, dari mulai cari tau
harga tiketnya, film-film apa aja yang bakal ditayangin di IMAX dan lain-lain. Dan
ketika hari H, saya gagal menonton perdana IMAX karena tiketnya selalu SOLD
OUT! Saya selalu keabisan tiket karena rata-rata mereka yang mau nonton IMAX
udah pada mesen tiketnya duluan lewat M-Tix, atau mereka udah ngantri dari jam
10 pagi! Biarpun gagal nonton IMAX di hari perdananya, Alhamdulillah saya nggak
kelewatan euphoria-nya. Akhirnya,
kira-kira H+7 saya berhasil nonton The Avengers 3D juga di IMAX, itu juga
dengan bantuan orang dalem! Kalo enggak, mungkin saya baru nonton H+30 kali ya
hehehe. Begitu masuk, studionya WOW banget, walaupun layarnya lebih besar di
Keong Emas. Dengan tiket masuk seharga Rp. 50.000,- (weekdays), saya bisa
menonton film dengan kualitas gambar dan suara yang nggak perlu ditanya lagi…
Gambarnya bener-bener wide and crystal
clear! Kursinya nyaman, suaranya
juga maksimal, apalagi ini film 3D, jadi lebih kerasa banget 3D-nya dibanding
nonton 3D di studio reguler. AMAZING!
pose norak dengan kacamata IMAX |
Satin Class – Blitz Megaplex Grand Indonesia
Saya selalu suka
dengan tagline Blitz Megaplex (BM):
Beyond Movies. Dari pertama kali BM muncul, saya suka dengan konsep BM yang
nggak mainstream – sebagai kompetitor
perusahaan bioskop 21 Cineplex. Walaupun jaringan BM belum sebanyak 21
Cineplex, dan terkadang film yang ditayangin di 21 nggak ada di BM karena urusan
birokrasi, BM tetap mampu menyuguhkan alternatif hiburan di akhir pekan. Selain
itu, BM juga punya studio khusus yang nggak dimiliki kompetitornya, yaitu Dining Cinema, Velvet dan Satin Class.
Sekitar bulan
Maret yang lalu, saya dapet 2 freepass
Satin Class di Blitz Grand Indonesia. Karena padatnya kerjaan dan jadwal main,
dan juga bingung mau ajak siapa (hmpft), saya baru sempet nonton saat injury time. Eh, bukan injury time lagi,
tapi final time begitu masa berlaku
freepass ini abis, 30 Juni kemaren. Fyuh. Akhirnya daripada bingung, saya ajak
tetangga sekaligus sahabat saya, Evan, untuk nemenin nonton ‘Brave’ sekalian malem
mingguan bareng.
penampakan tiket Satin Class |
Studio Satin
Class ini ada di atas, jadi harus baik eskalator dulu. Begitu masuk, saya
sempet kaget karena studionya ternyata satu tempat dengan studio reguler, cuma
bedanya Satin Class ada di bagian atas, jadi sejajar sama layar gitu. Saya
sebenernya kurang sreg sih dengan kesejajaran itu, apalagi jarak kursi dengan
layarnya lumayan jauh, jadinya kualitas gambar dan suaranya nggak maksimal. Malah
tadinya saya pikir Satin Class ini punya studio khusus sendiri. Tapi kekurangan itu terbayar dengan kenyamanan
dan fasilitas studionya. Selain kursinya bisa buat selonjorin kaki, ada meja kecil
juga di samping kiri dan kanannya buat naro tas atau makanan/minuman.
Pelayanannya pun super oke. Kalau kita mau pesen makanan/minuman, tinggal
pencet tombol yang ada di meja, petugas langsung datang untuk melayani,
kembaliannya pun dianter pula jadi kita hanya cukup duduk manis aja. Mau liat penampakan studio Satin Class? Googling
aja kali ya :)
Premiere XXI Gandaria City
Setelah berkali-kali gagal nonton The Dark Knight Rises (TDKR) di IMAX,
akhirnya saya dan movie mate saya,
Billy, memutuskan untuk nonton TDKR di studio Premiere XXI GanCit. Ada beberapa
pertimbangan kenapa saya milih nonton di Premiere XXI. Pertama, saya selalu
keabisan tiket IMAX walaupun udah beli online lewat M-Tix! Kedua, saya dan
Billy sama-sama belum pernah nonton di Premiere (hehe). Terakhir, TDKR
merupakan film 2D, dan durasinya 165 menit. Jadi, kami pikir kenyamanan saat
nonton TDKR itu penting banget!
tiketnya aja keliatan mewah banget |
Begitu masuk studio Premiere XXI, saya sempet norak gitu karena nggak
ngerti cara mengatur sofanya supaya bisa selonjorin kaki, hehe. Sempet
celingak-celinguk juga karena semua orang di studio pada selimutan. Nah loh,
selimutnya ditaro dimana tuh? Ternyata selimutnya ada di dalam laci meja,
hihihi. Harus saya akui, diantara 3 tempat nonton yang udah saya ceritain di
atas, studio Premiere XXI GanCit ini yang paling PW! Dengan tiket masuk seharga
Rp. 50.000,- (weekdays), saya bisa nonton dengan super nyaman, sofa yang empuk,
selimutan pula, that’s what i called lil’
heaven! Walaupun layarnya nggak sebesar layar IMAX, kualitas gambar dan suara juga nggak seperti IMAX, dan di awal-awal film
saya sempet terganggu dengan kehadiran petugas yang sibuk bolak-balik untuk
melayani pesanan makanan dan minuman, saya bener-bener enjoy nonton di Premiere XXI! Serasa nonton home theater di rumah karena di dalam studionya sendiri cuma tersedia
30 kursi (CMIIW). Lux banget deh
pokoknya!
Mau dimana pun nontonnya, balik lagi ke selera dan budget masing-masing. Intinya, nonton film itu jangan dibikin ribet. Just sit back, relax, feel the sensation and enjoy the movie!