Sudah lewat sebulan dari tanggal dimana saya mendapat sebuah 'insiden' yang benar-benar membuat kemampuan saya menjadi sangat terbatas.
7 Agustus 2009..
Saya kembali menjadi volunteer dalam acara Java Rockin' Land yang diselenggarakan oleh Java Festival Production. Kali ini saya berperan menjadi Team Leader untuk divisi Info Booth. Ketika jam kerja saya berakhir, saya bersama salah seorang teman saya memutuskan untuk berjalan-jalan sambil menikmati setiap panggung yang dijajakan di Pantai Carnaval Ancol, Sampai ketika kami berjalan dan menemukan sebuah wahana yang cukup menantang adrenalin saya.
Saya dan teman saya pun ingin mencobanya. Sebuah wahana ekstrim berbahan balon parasut, dengan perosotan setinggi kurang lebih 3 meter di bagian depan, dan sebuah panjatan tebing (wallclimbing look-a-like) di bagian belakangnya. Jadi untuk dapat merosot kita harus memanjat terlebih dahulu.
tampak depan, sayang tidak sempat difoto bagian belakangnya
Oke, dengan semangat energi penuh nyali kamu naik ke wahana tersebut, namun si abang penjaga tiba-tiba menegur dan memberitahu bahwa jika ingin menikmati wahan itu maka dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000,- . Saya pun lantas menolak biaya itu karena saya panitia resmi, memakai ID Card, dan memakai HT pula. Setelah memaksa-maksa abangnya akhirnya kami diizinkan menaiki wahana itu dengan syarat harus membuka sepatu.
Kemudian dengan susah payah kami mencoba memanjat tebing itu dengan bantuan satu tali panjang yang tergulur dari atas. Namun tiba-tiba teman saya tumbang, dia tidak berani memanjat karena menurutnya itu cukup tinggi. Saya tetap teguh pada pendirian. Saya berusaha memanjat sekuat tenaga sampai akhirnya saya berada di puncak yang ternyata benar-benar tinggi, jauh dari bayangan saya sebelumnya. Ketika berada di puncak, ada seorang abang penjaga yang akan menginstruksikan semua peseluncur (termasuk saya). Saya pun diberi wejangan:
"Neng, nanti kalo mau meluncur jangan lupa kakinya harus naik begini ya *sambil mengarahkan gayanya*, jangan sampe kakinya nyentuh perosotannya".
"Oke bang!", jawab saya dengan mantap.
Tapi apa yang terjadi ternyata mengangkat kaki tidak semudah yang saya pikirkan. Awalnya saya mengangkat kaki, namun ketika berada di tengah-tengah perosotan saya merasa 'berat' dan akhirnya kaki saya menyentuh perosotan itu dan..........
*klek*
Kejadiannya begitu cepat sekali sampai saya tidak begitu ingat apa yang sebenarnya terjadi pada kaki saya ketika saya menyentuh perosotan itu. Yang jelas ketika saya mendarat kaki kanan saya terasa ngilu dan kulit kaki kanan serta kiri saya terkelupas. Tidak berdarah, namun mengeluarkan cairan, entah itu nanah atau sejenis cairan lainnya. Karena saya ditonton cukup banyak orang, saya pun berusaha 'sok cool' di hadapan mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada kaki saya. Saya pun sempat loncat-loncat terlebih dahulu sebelum turun dari wahana mengerikan itu, dalam rangka untuk... difoto oleh teman saya.
Oke, dengan semangat energi penuh nyali kamu naik ke wahana tersebut, namun si abang penjaga tiba-tiba menegur dan memberitahu bahwa jika ingin menikmati wahan itu maka dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000,- . Saya pun lantas menolak biaya itu karena saya panitia resmi, memakai ID Card, dan memakai HT pula. Setelah memaksa-maksa abangnya akhirnya kami diizinkan menaiki wahana itu dengan syarat harus membuka sepatu.
Kemudian dengan susah payah kami mencoba memanjat tebing itu dengan bantuan satu tali panjang yang tergulur dari atas. Namun tiba-tiba teman saya tumbang, dia tidak berani memanjat karena menurutnya itu cukup tinggi. Saya tetap teguh pada pendirian. Saya berusaha memanjat sekuat tenaga sampai akhirnya saya berada di puncak yang ternyata benar-benar tinggi, jauh dari bayangan saya sebelumnya. Ketika berada di puncak, ada seorang abang penjaga yang akan menginstruksikan semua peseluncur (termasuk saya). Saya pun diberi wejangan:
"Neng, nanti kalo mau meluncur jangan lupa kakinya harus naik begini ya *sambil mengarahkan gayanya*, jangan sampe kakinya nyentuh perosotannya".
"Oke bang!", jawab saya dengan mantap.
Tapi apa yang terjadi ternyata mengangkat kaki tidak semudah yang saya pikirkan. Awalnya saya mengangkat kaki, namun ketika berada di tengah-tengah perosotan saya merasa 'berat' dan akhirnya kaki saya menyentuh perosotan itu dan..........
*klek*
Kejadiannya begitu cepat sekali sampai saya tidak begitu ingat apa yang sebenarnya terjadi pada kaki saya ketika saya menyentuh perosotan itu. Yang jelas ketika saya mendarat kaki kanan saya terasa ngilu dan kulit kaki kanan serta kiri saya terkelupas. Tidak berdarah, namun mengeluarkan cairan, entah itu nanah atau sejenis cairan lainnya. Karena saya ditonton cukup banyak orang, saya pun berusaha 'sok cool' di hadapan mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada kaki saya. Saya pun sempat loncat-loncat terlebih dahulu sebelum turun dari wahana mengerikan itu, dalam rangka untuk... difoto oleh teman saya.
hasil foto 2
Saya pikir kejadian itu hanya 'sepele', mungkin 2-3 hari saja terasa sakitnya, setelah itu akan normal lagi. Tapi ternyata saya salah menduga. Sepulang dari Ancol saya hanya merendam kaki saya dengan air hangat, lalu memberi betadine pada kaki yang terluka.
foto pertama kaki terluka
Keesokan harinya saya masih belum bisa berjalan selayaknya orang normal; kaki kanan saya tidak bisa menapak karena jika demikian akan terasa sakit. Seminggu setelah kejadian itu akhirnya ibu saya memanggil tukang urut langganan dan... diurutlah saya. Selesai diurut saya merasa lebih baik, hanya saja saya merasa ngilu di bagian betis. Lagi-lagi saya menyepelekannya dan sehabis diurut saya pergi menonton bersama teman-teman saya dan tentunya... itu membutuhkan banyak tenaga ekstra karena saya harus naik turun tangga bioskop.
Oke, saya sadar bahwa tindakan saya saat itu salah karena keesokan harinya kaki saya malah tambah sakit. Seminggu berikutnya saya berobat ke ahli patah tulang yang cukup tersohor, Haji Naim, Di sana saya divonis kalau ternyata tulang kaki saya ada yang bergeser. Diurutlah kaki saya, setelah itu kaki saya diberi penyangga dari kayu agar kaki saya bisa tegak lurus.
Di Haji Naim banyak sekali pantangannya: No AYAM, KAMBING, UDANG, TONGKOL, INDOMIE, TELOR, ES, PISANG, NANAS, dan masih banyak yan lainnya. Jadi selama itu saya hanya mengkonsumsi sayuran dan daging sapi serta tidak pernah minum dingin. 5 hari berikutnya kaki saya masih terasa sakit, dan kali ini sakitnya menyambar dahsyat hingga ke betis, padahal tadinya hanya sakit di sekitar mata kaki. Akhirnya saya ke Haji Naim lagi. Bukannya tambah baik tapi saya malah tambah sakit. Setiap bangun tidur pasti kaki saya dari ujung mata kaki sampai betis terasa nyeri sekali. Karena merasa urutan Haji Naim tidak bekerja dengan baik, 3 hari kemudian saya melakukan pengobatan medis. Saya ke dokter spesialis bedah ortopedi di Rumah Sakit Setia Mitra. Di sana kaki saya dirontgen, untuk memastikan apakah ada yang salah dengan kaki saya. Ternyata setelah dilihat, kaki saya baik-baik saja, tidak ada tulang yang bergeser ataupun patah, tetapi masalahnya justru ada pada tendon saya. Ya, tendon saya ketarik.
Seharusnya jika keadaannya demikian tidak boleh dipijat, apalagi diurut. Itu yang menyebabkan kenapa saya selalu merasa ngtilu dari ujung mata kaki sampai betis. Akhirnya dokter melakukan tindakan dengan cara memberi strap (sejenis plester) pada kaki saya dan kaki saya sengaja dibuat tidak 90 derajat, dengan tujuan agar kaki saya istirahat, karena jika tidak distrap dan saya menapak, maka urat saya akan ketarik lagi. Saya juga diharuskan untuk melakukan fisioterapi sebanyak 6 kali, setelah itu baru kontrol ke dokter lagi. Kaki kanan saya jadi tidak bisa menapak, dan saya pun akhirnya menggunakan jasa tongkat untuk membantu saya agar bisa berjalan. Pada saat itu hanya kaki kiri saya yang bekerja, kaki kanan saya 'mati suri'.
Dari tanggal 1-11 Agustus, kaki kanan saya 'dikunci' dan saya berjalan pakai tongkat. Dengan terpaksa juga saya pun harus bolos kuliah karena saya tidak mungkin berangkat kuliah dengan keadaan kaki seperti itu. Bisa dibayangkan betapa terbatasnya kemampuan saya saat itu, dan itu membuat saya menjadi sangat tergantung pada orang lain, karena saat itu saya cuma punya SATU KAKI.. saya benar-benar 'disetrap' oleh Tuhan.
Tuhan.. ini benar-benar 'sentilan' trehebat yan pernah saya alami. Saya banyak mendapat pelajaran atas kejadian ini. Semoga setelah insiden ini saya bisa lebih berhati-hati lagi dalam bertindak dan semoga saya bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, amiin.
Intinya, jalan saya tidak akan berhenti sampai di sini. Semangat saya untuk membahagiakan kedua orangtua saya dan juga untuk mewujudkan cita-cita saya akan terus menyala, apapun keadaannya.
Terima kasih Tuhan..
Tanpa 'setrapanMu' ini saya pasti tidak akan pernah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga ini, dan ini akan membuat saya semakin dekat denganMu.
Terima kasih mama papa.. atas segala perhatiannya, doanya, curahan kasih sayangnya, kesabarannya menghadapi saya yang selalu mengeluh kesakitan, sabar menghadapi saya yang selama sakit ini banyak minta tolong ini itu. Maaf kalau saya sudah merogoh banyak kocek kalian selama pengobatan saya ini.
Terima kasih juga buat si Anu, yang sudah begitu sabar menghadapi saya yang cerewet minta macam-macam, minta dianterin fisioterapi setiap hari, minta diperhatiin terus selama saya sakit.
Terima kasih tak terhingga buat semua teman-teman saya, yang selalu mendukung saya, mendoakan saya, menyemangati saya untuk cepat sembuh, selalu menemani saya disaat saya sendirian di rumah, selalu menghibur saya dengan cerita-ceritanya yang membuat saya tersenyum dan tertawa, terima kasih..
Lagi-lagi saya minta doanya ya teman-teman supaya saya bisa sembuh total dan saya bisa berjalan seperti dulu lagi, supaya saya bisa menuntaskan kewajiban-kewajiban saya, mewujudkan cita-cita saya, dan yang paling penting supaya.....
Saya bisa membahagiakan kedua orangtua saya.
Terima kasih semuanya.. :)
Keesokan harinya saya masih belum bisa berjalan selayaknya orang normal; kaki kanan saya tidak bisa menapak karena jika demikian akan terasa sakit. Seminggu setelah kejadian itu akhirnya ibu saya memanggil tukang urut langganan dan... diurutlah saya. Selesai diurut saya merasa lebih baik, hanya saja saya merasa ngilu di bagian betis. Lagi-lagi saya menyepelekannya dan sehabis diurut saya pergi menonton bersama teman-teman saya dan tentunya... itu membutuhkan banyak tenaga ekstra karena saya harus naik turun tangga bioskop.
Oke, saya sadar bahwa tindakan saya saat itu salah karena keesokan harinya kaki saya malah tambah sakit. Seminggu berikutnya saya berobat ke ahli patah tulang yang cukup tersohor, Haji Naim, Di sana saya divonis kalau ternyata tulang kaki saya ada yang bergeser. Diurutlah kaki saya, setelah itu kaki saya diberi penyangga dari kayu agar kaki saya bisa tegak lurus.
Di Haji Naim banyak sekali pantangannya: No AYAM, KAMBING, UDANG, TONGKOL, INDOMIE, TELOR, ES, PISANG, NANAS, dan masih banyak yan lainnya. Jadi selama itu saya hanya mengkonsumsi sayuran dan daging sapi serta tidak pernah minum dingin. 5 hari berikutnya kaki saya masih terasa sakit, dan kali ini sakitnya menyambar dahsyat hingga ke betis, padahal tadinya hanya sakit di sekitar mata kaki. Akhirnya saya ke Haji Naim lagi. Bukannya tambah baik tapi saya malah tambah sakit. Setiap bangun tidur pasti kaki saya dari ujung mata kaki sampai betis terasa nyeri sekali. Karena merasa urutan Haji Naim tidak bekerja dengan baik, 3 hari kemudian saya melakukan pengobatan medis. Saya ke dokter spesialis bedah ortopedi di Rumah Sakit Setia Mitra. Di sana kaki saya dirontgen, untuk memastikan apakah ada yang salah dengan kaki saya. Ternyata setelah dilihat, kaki saya baik-baik saja, tidak ada tulang yang bergeser ataupun patah, tetapi masalahnya justru ada pada tendon saya. Ya, tendon saya ketarik.
Seharusnya jika keadaannya demikian tidak boleh dipijat, apalagi diurut. Itu yang menyebabkan kenapa saya selalu merasa ngtilu dari ujung mata kaki sampai betis. Akhirnya dokter melakukan tindakan dengan cara memberi strap (sejenis plester) pada kaki saya dan kaki saya sengaja dibuat tidak 90 derajat, dengan tujuan agar kaki saya istirahat, karena jika tidak distrap dan saya menapak, maka urat saya akan ketarik lagi. Saya juga diharuskan untuk melakukan fisioterapi sebanyak 6 kali, setelah itu baru kontrol ke dokter lagi. Kaki kanan saya jadi tidak bisa menapak, dan saya pun akhirnya menggunakan jasa tongkat untuk membantu saya agar bisa berjalan. Pada saat itu hanya kaki kiri saya yang bekerja, kaki kanan saya 'mati suri'.
Dari tanggal 1-11 Agustus, kaki kanan saya 'dikunci' dan saya berjalan pakai tongkat. Dengan terpaksa juga saya pun harus bolos kuliah karena saya tidak mungkin berangkat kuliah dengan keadaan kaki seperti itu. Bisa dibayangkan betapa terbatasnya kemampuan saya saat itu, dan itu membuat saya menjadi sangat tergantung pada orang lain, karena saat itu saya cuma punya SATU KAKI.. saya benar-benar 'disetrap' oleh Tuhan.
Tuhan.. ini benar-benar 'sentilan' trehebat yan pernah saya alami. Saya banyak mendapat pelajaran atas kejadian ini. Semoga setelah insiden ini saya bisa lebih berhati-hati lagi dalam bertindak dan semoga saya bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, amiin.
Intinya, jalan saya tidak akan berhenti sampai di sini. Semangat saya untuk membahagiakan kedua orangtua saya dan juga untuk mewujudkan cita-cita saya akan terus menyala, apapun keadaannya.
Terima kasih Tuhan..
Tanpa 'setrapanMu' ini saya pasti tidak akan pernah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga ini, dan ini akan membuat saya semakin dekat denganMu.
Terima kasih mama papa.. atas segala perhatiannya, doanya, curahan kasih sayangnya, kesabarannya menghadapi saya yang selalu mengeluh kesakitan, sabar menghadapi saya yang selama sakit ini banyak minta tolong ini itu. Maaf kalau saya sudah merogoh banyak kocek kalian selama pengobatan saya ini.
Terima kasih juga buat si Anu, yang sudah begitu sabar menghadapi saya yang cerewet minta macam-macam, minta dianterin fisioterapi setiap hari, minta diperhatiin terus selama saya sakit.
Terima kasih tak terhingga buat semua teman-teman saya, yang selalu mendukung saya, mendoakan saya, menyemangati saya untuk cepat sembuh, selalu menemani saya disaat saya sendirian di rumah, selalu menghibur saya dengan cerita-ceritanya yang membuat saya tersenyum dan tertawa, terima kasih..
Lagi-lagi saya minta doanya ya teman-teman supaya saya bisa sembuh total dan saya bisa berjalan seperti dulu lagi, supaya saya bisa menuntaskan kewajiban-kewajiban saya, mewujudkan cita-cita saya, dan yang paling penting supaya.....
Saya bisa membahagiakan kedua orangtua saya.
Terima kasih semuanya.. :)
1 comments:
cepet sembuh ya kakinya, biar bisa jalan2 lagi..nanti aku traktir makan di hanamasa..
udah lama kan ga liat mall ?? hehheee...
ada untungnya loh nyeet..kamu pasti putih tuh ga pernah keluar :p
aku selalu doain yg terbaik untuk kamu, semoga setrapan kali ini bisa diambil hikmahnya ;)
Post a Comment